Titik Temu Smamsatu | Oleh: M. Islahuddin (Guru Pendidikan ISMUBA Smamsatu Gresik)
Di sebuah gedung iconik berwujud Damar Kurung di tengah kota industri Gresik, derap langkah siswa berseragam putih abu-abu ber almamater kuning terdengar mantap. Mereka bukan sekadar menuntut ilmu umum, tetapi juga sedang berlatih memahami sebuah risalah besar: Risalah Islam Berkemajuan. Di SMA Muhammadiyah 1 Gresik, risalah itu bukan jargon kosong, melainkan denyut nadi yang menghidupi tradisi belajar, berorganisasi, hingga berinteraksi sosial
Risalah Islam Berkemajuan, sebuah visi teologis sekaligus praksis yang digagas Muhammadiyah, menjadi jawaban atas kegelisahan zaman. Bagi Muhammadiyah, Islam tak berhenti pada ritual keagamaan, melainkan harus menjelma sebagai energi moral, ilmu, dan peradaban. Di sekolah ini, nilai itu ditanamkan ke dalam karakter siswa sejak dini, agar generasi muda tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga berani mengambil peran sebagai penggerak kemajuan bangsa.
Jejak Sejarah, Napas Masa Depan
Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah memang dikenal sebagai pelopor pembaruan Islam di Indonesia. Kiai Ahmad Dahlan pada awal abad ke-20 menyalakan obor reformisme yang menolak jumud dan taklid. Prinsip itu kini diramu dalam dokumen resmi “Risalah Islam Berkemajuan” yang ditetapkan Muktamar Muhammadiyah.
Risalah tersebut menegaskan bahwa Islam harus tampil sebagai agama yang mendorong tajdid (pembaruan), mengutamakan akal sehat, menghargai ilmu pengetahuan, sekaligus memperjuangkan keadilan sosial. Muhammadiyah menolak Islam yang kaku dan eksklusif. Sebaliknya, ia mengusung Islam yang dialogis, terbuka, dan solutif menghadapi problem kemanusiaan.
Di SMA Muhammadiyah 1 Gresik, jejak itu diterjemahkan dalam praktik pendidikan sehari-hari. Guru bukan hanya menyampaikan materi, tetapi menjadi teladan nilai keislaman yang progresif. Diskusi lintas perspektif digalakkan di kelas, proyek sosial dilaksanakan bersama masyarakat sekitar, hingga inovasi teknologi dijadikan sarana dakwah kultural. Semua itu dirajut dalam semangat berkemajuan: bergerak maju tanpa tercerabut dari akar spiritualitas Islam.
Membentuk Karakter Siswa Berkemajuan
Pendidikan karakter sering kali terjebak dalam retorika normatif. Namun, di sekolah Muhammadiyah ini, nilai Islam berkemajuan diwujudkan dalam kebiasaan dan kultur. Ada tiga karakter utama yang terus dipupuk:
- Kritis dan Rasional. Siswa diajak tidak sekadar menghafal ayat, melainkan menafsirkan maknanya sesuai konteks kekinian. Misalnya, ketika membahas Q.S. Yunus 40–41 tentang perbedaan iman, siswa didorong memahami toleransi sebagai prinsip sosial yang harus hidup di tengah keberagaman Gresik, kota yang dihuni Muslim, Tionghoa, hingga komunitas Kristen.
- Humanis dan Inklusif. Risalah berkemajuan mengajarkan penghormatan pada martabat manusia. Siswa dilatih empati melalui kegiatan bakti sosial, pendampingan anak yatim, hingga kampanye lingkungan hidup. Semua aktivitas itu bukan sekadar ekstrakurikuler, melainkan bagian dari kurikulum nilai.
- Adaptif terhadap Zaman. Era digital tak dihindari, tapi disikapi sebagai peluang dakwah. Siswa membuat konten kreatif di media sosial bertema etika Islam, toleransi, dan sains. Mereka belajar bahwa gawai bukan musuh, melainkan sarana menyebarkan pencerahan.
Laboratorium Sosial di Sekolah
SMA Muhammadiyah 1 Gresik tidak berhenti di ruang kelas. Lapangan olahraga, ruang organisasi, hingga dunia maya menjadi laboratorium sosial untuk mempraktikkan risalah berkemajuan.
Di organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), misalnya, siswa dilatih menjadi pemimpin yang musyawarah dan egaliter. Diskusi tentang isu-isu global, dari krisis iklim hingga kecerdasan buatan, dikaitkan dengan perspektif Islam. Mereka belajar bahwa Islam bukan nostalgia masa lalu, melainkan panduan etis untuk masa depan.
Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TS) menanamkan disiplin sekaligus keberanian moral. Hizbul Wathan (HW) membentuk semangat kebangsaan yang religius. Semua organisasi itu menjadi inkubator karakter, tempat siswa ditempa agar kelak bisa hadir sebagai generasi kosmopolitan yang tetap berakar pada nilai-nilai Islam.
Tantangan dan Visi Futuristik
Namun, menanamkan risalah Islam berkemajuan di sekolah bukan tanpa tantangan. Di era banjir informasi, siswa rentan terjebak pada paham konservatif yang sempit atau, sebaliknya, sekularisme yang menafikan agama. Pola pikir instan media sosial juga bisa menggerus daya kritis.
Untuk itu, SMA Muhammadiyah 1 Gresik merancang visi futuristik. Pendidikan diarahkan tidak hanya pada transfer ilmu, tapi juga literasi digital, literasi moral, dan literasi global. Bayangkan ruang kelas yang dipadukan dengan virtual reality, tempat siswa bisa “berkunjung” ke perpustakaan Cordoba atau mengikuti simulasi sidang PBB, sembari menautkan perspektif Islam berkemajuan.
Laboratorium sains didorong untuk tidak sekadar uji coba akademis, melainkan juga proyek sosial. Misalnya, merancang teknologi sederhana penyaring limbah pabrik untuk membantu warga sekitar. Dengan begitu, ilmu pengetahuan menjadi nyata: berpihak pada kehidupan dan kemaslahatan, sesuai spirit risalah.
Gresik sebagai Panggung Peradaban
Letak sekolah di Gresik memberi makna tersendiri. Kota pelabuhan tua yang dikenal sebagai pintu masuk Islam di Jawa ini kini menjelma pusat industri modern. Di tengah riuh pabrik semen, pupuk, dan pelabuhan internasional, SMA Muhammadiyah 1 Gresik berperan sebagai mercusuar spiritual dan intelektual.
Risalah Islam berkemajuan menemukan konteksnya di sini: bagaimana menghadirkan Islam yang ramah, toleran, dan progresif di kota yang plural sekaligus industrial. Siswa belajar bahwa menjadi Muslim berkemajuan bukan sekadar ritual ibadah, melainkan juga mengawal etika bisnis, memperjuangkan keadilan lingkungan, dan membangun harmoni sosial.
Generasi Pencerah Masa Depan
Esensi pendidikan Muhammadiyah adalah melahirkan insan berkemajuan. Di SMA Muhammadiyah 1 Gresik, generasi itu dipersiapkan dengan tiga bekal: iman yang kokoh, ilmu yang luas, dan amal yang nyata.
Dalam imajinasi futuristik, para lulusan sekolah ini kelak bukan hanya menjadi insinyur, dokter, atau politisi. Mereka bisa menjadi AI ethicist yang menuntun kecerdasan buatan agar selaras dengan nilai kemanusiaan. Mereka bisa tampil sebagai diplomat perdamaian di forum global, membawa Islam berkemajuan sebagai solusi konflik. Atau menjadi aktivis lingkungan yang mengawal bumi sebagai amanah Tuhan.
Semua itu berangkat dari ruang kelas sederhana di Gresik, dari guru yang sabar membimbing, dan dari tradisi Muhammadiyah yang terus menyalakan obor pembaruan.
Risalah yang Hidup
Risalah Islam Berkemajuan bukan dogma yang membeku. Ia adalah spirit yang terus bergerak, menjawab tantangan zaman tanpa kehilangan akarnya. Di SMA Muhammadiyah 1 Gresik, risalah itu hidup dalam denyut aktivitas belajar, organisasi, dan pelayanan sosial.
Di tangan para siswa, risalah itu menemukan bentuk barunya: lebih segar, lebih kreatif, dan lebih futuristik. Mereka adalah generasi pencerah yang siap melanjutkan jejak Kiai Dahlan, bukan dengan menoleh ke belakang, melainkan dengan menatap masa depan.
Karena Islam berkemajuan adalah risalah yang tidak pernah selesai: ia terus menggali, bergerak, dan menyalakan harapan bagi dunia yang lebih adil, damai, dan berperadaban.